Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
BudayaMahasiswaSEKOLAHSOSBUD

Nuansa Jawa dalam Film Petaka

256
×

Nuansa Jawa dalam Film Petaka

Sebarkan artikel ini
Lokasi pemutaran Film Petaka di Bukittinggi.(*)
Example 468x60

BUKITTINGGI, potretkita.id – Ongky Angga Saputra, Director O Photography, menggelar pemutaran film berjudul Petaka di Stasiun Lambung Bukittinggi, Senin (1/7).

Film ini merupakan salah satu dari lima film fiksi yang ditayangkan dalam acara Mimpi di Balik Layar, dan diperankan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.

Ongky menjelaskan, konsep simetris dan asimetris digunakan dalam film Petaka, untuk menunjukkan perubahan suasana pada tokoh-tokohnya.

Film fiksi ini mengangkat budaya Jawa di daerah pedesaan, yang belum terpapar budaya urban. Pemutaran film sempat ditunda sebentar karena kendala cuaca.

Ketua Panitia Pemutaran Film Babe menambahkan, penayangan sempat tertunda dari yang seharusnya mulai pukul 16.00, WIB karena cuaca panas yang kurang mendukung.

READ  Sekdako Winarno Buka Silatwil BEM PTMA se-Sumatera

Pada pukul 19.00 WIB sempat gerimis, sehingga pemutaran baru dimulai pukul 19.30 WIB.

Dekan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Padangpanjang Dr. Mega Kencana, M.Sn, menyatakan dukungannya terhadap pemutaran film di luar kampus.

“Pemutaran film di luar kampus ini sangat didukung oleh pihak kampus. Seharusnya semua karya mahasiswa tidak hanya diputar di dalam kampus saja. Kegiatan seperti ini sebaiknya mulai dilakukan oleh semua mahasiswa,” tuturnya.

Ketua Jurusan TV dan Film,Chairu Pradono, S.Sn., M.Sn, juga memberikan pandangannya,
“Penayangan film di luar kampus merupakan gebrakan baru di Jurusan TV dan Film. Saya berharap film yang ditayangkan dapat memberikan edukasi, pesan moral, dan informasi yang menarik, bukan hanya sebagai hiburan semata. Penayangan di ruang publik seperti ini masih dalam masa percobaan dan persiapannya harus terus diperbaiki,” ucapnya.

READ  Talempong dari Tanah Minang

Ongky berharap, semoga film ini menjadi pembelajaran agar penonton tidak menuduh orang sembarangan seperti yang ada di dalam film.

“Saya berharap film ini dapat diterima di ranah Minang. Karena Bukittinggi merupakan kawasan wisata, masyarakat juga harus paham terhadap budaya lain seperti budaya Jawa dan lain-lain,” ucapnya.(HASANAH)

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *